top of page
Stay In The Know:

#MemesonaItu Berani Mencoba


Sudah enam belas tahun lebih tiga bulan, aku menapak kaki di dunia yang indah ini. Banyak pengalaman yang terkumpul indah di saraf-saraf memori otakku. Kalau berbicara tentang berani mencoba, kalimat itu terkesan penuh dengan piala, medali-medali yang tergantung, dan tepuk tangan penonton yang terhibur dengan apa yang kita tampilkan. Bukan, bukan itu maksudku. Berani mencoba lebih dari itu. Kita lebih dituntut untuk selalu mencoba hal-hal baru dengan rasa senang hati dan tangan terbuka lebar tanpa terlalu khawatir dengan hasil akhirnya. Itulah arti dari #MemesonaItu yang sejati.

Sejak menuntut ilmu di Sekolah Dasar, aku sudah mulai menjelajahi hal-hal baru. Aku masih sangat ingat cerita mama. Ketika kelas satu SD, aku mengajukan diri untuk tampil menyanyi di acara perpisahan kelas enam. Aku terpingkal-pingkal geli sewaktu aku mengingatnya. Mengapa bisa anak dengan gigi ompong dan keroak hitam dengan wajah yang masih polos, seberani itu . Padahal, banyak sekali penonton dari orang tua murid dan kakak kelas yang pastinya siap mendengarkan suaraku yang pas-pasan. Rasanya, menjadi seberani itu sulit untuk kulakukan sekarang. Rasa malu lebih mendominasi. Mungkin hormon-hormon anak remaja telah memengaruhi rasa malu itu. Hehehehe...

Kelas dua SD aku pindah dari Semarang ke Magelang. Bertemu dengan orang-orang baru tak menjadi halangan untukku untuk tetap berani mencoba. Aku bergabung dengan klub karawitan di SD. Lantas, alat gamelan apa yang membuatku tertarik? Gendang!! Tentu sedikit tak wajar apabila penabuh gendang adalah seorang perempuan. Bagaimana dengan tangan halusnya itu? Pasti sakit, ya? Yup!! Benar!! Memang sakit, tapi rasa ingin tahu dan kesenanganku sewaktu menabuhnya menjadikan rasa sakit itu tidak ada artinya. Setelah berjalan beberapa bulan, aku benar-benar yakin bahwa gendang adalah salah satu alat gamelan yang sudah mengalir di darahku. Hal ini juga mengingatkanku pada mbah buyut (alm) yang berprofesi sebagai seorang penabuh gendang. Sayangnya, aku tak bisa meneruskan hobiku untuk bermain gendang karena di SMP maupun SMA tidak ada klub karawitan. Sayang sekali. Padahal, menurutku, karawitan itu bisa dijadikan wadah untuk siswa agar terus "nguri-uri budaya" di tengah moderenisasi dan globalisasi.

Di Magelang ada pura. Terdapat guru tari Bali yang mengajar setiap hari Minggu. Bagaimana bisa aku tidak tertarik? Langsung ku daftarkan diriku beserta mengajak seorang teman. Time by time, aku mulai menguasai banyak tarian Bali. Walaupun aku masih kelas 3 SD, guruku selalu memintaku untuk mencontohkan gerakan tari kepada murid baru. Rasanya menyenangkan!!! Setiap ada acara Nyepi, Galungan, Kuningan, Saraswati dan peringatan hari raya agama Hindu lainnya, aku rajin tampil di sana. Walau aku beragama Islam, tentunya tidak jadi masalah. Justru menurutku, hal itu menjadi media toleransi di tanah air ini.

Banyak banget kegiatan yang sudah aku coba sewaktu SD. Jadi instruktur senam se sekolah, ikut serta dalam dunia pramuka di pesta siaga, bahkan, aku punya girlband. Hehehehehe. Geli sekali mengingatnya. Memang waktu itu lagi musim-musimnya deman girlband maupun boyband.

Sewaktu SMP, aku mencoba untuk mengikuti lomba vokal grup. Aku benar-benar beruntung dapat terpilih karena suaraku memang benar-benar pas-pasan dan hanya sebatas gak fals. Namun, Alhamdulillah!!! Aku dan teman-temanku dapat lanjut ke kancah provinsi. Selain di dunia menyanyi, aku juga mencoba untuk belajar bermain gitar. Awal belajar tidak dari guru les. Karena segalanya sudah tersedia di internet, langsung saja deh, buka step bermain gitar. Sampai akhirnya, aku menemukan teman mamaku yang ahli dalam masalah "pergitaran". Hehehehehe....

Setelah lulus dari SMP, aku mencoba mengikuti seleksi anggota OSIS. Hasilnya? Gagal!! Tapi tak apa. Karena terlalu sering mencoba hal-hal baru, aku sudah terbiasa dengan kata gagal. That's not a surprise again!!! Aku pun mengikuti ekskul MRS. Apa itu? MRS adalah ekskul yang membimbing anggotanya dalam hal MC maupun penyiar radio. Ternyata sangat menyenangkan menjadi pembawa acara maupun penyiar. Aku pernah menjadi MC sekali dalam acara sekolahku yang juga menjadi pengalaman pertamaku dalam dunia MC.

Lalu, apa yang sedang aku coba sekarang?? Aku sedang merintis my lovely pinky blog ini. Menurutku, nge-blog itu bagaikan zat adiktif yang selalu membuat kecanduan. Alay!! Tapi, emang bener sih. Aku jadi bisa share sesuatu, bagi-bagi pengalaman, bahkan nge-blog yang isinya curhat. Hehehehehe. Buat hati jadi plong. Aku juga punya impian untuk mengembangkan blogku yang random ini dilengkapi dengan travel blog.

Banyak sekali hal-hal baru lainnya yang ingin aku cicipi, seperti jadi relawan. Aku membayangkan betapa bahagianya menjadi orang yang bisa membuat senyuman tulus muncul dari orang lain. Aku juga ingin pergi ke luar negeri untuk menemukan hal-hal baru di sana. Sayangnya belum punya cukup uang. So, aku mulai mencari kesempatan beasiswa maupun lomba-lomba yang menawarkan hadiah pergi ke luar negeri. Aku juga belum pernah punya pengalaman hiking. Namun, entah kenapa aku sangat ingin untuk naik ke Gunung Sumbing!!!!

Menurutku, #MemesonaItu berani mencoba hal-hal baru. Otomatis, kita berani keluar dari comfort zone. Sebagai perempuan, sudah gak zaman lagi hanya berdiam diri di rumah dan terlalu sibuk dengan tugas-tugas sekolah atau tuntutan pekerjaan. Justru inilah saatnya untuk mencari arti dari #MemesonaItu versimu. Carilah hal-hal baru dan keluarlah untuk menyadari betapa terlalu monoton hidup kita di dunia yang sungguh luas ini.

bottom of page